JOMBLO Why Not?

     Hai-hai, sudah luama pol nggak ngeblog (sudah lama sekali tidak ngeblog). Dan akhirnya ada juga niat untuk kembali mengisi blog ini dengan coretan-coretan hasil pemikiran random.

     Jomblo, satu kata ini menggelitik pikiran random saya pagi hari ini (sebenernya dipikirinnya ya udah agak lama sih๐Ÿ˜‚). Nggak sedikit orang yang melontarkan pertanyaan maupun 'mengejek' kejombloan saya yang sudah berlangsung sekitar 22 tahun 89 hari๐Ÿ˜‚.
"Mblo kapan punya pacar?"
"Truk aja gandengan mblo masak kamu enggak"
Yang lumayan sering seliweran di komentar instagram, "Duh cantiknya, eman jomblo!"
Temen lama yang sudah lama ga ketemu pun sekalinya ketemu di dunia maya nyapa-nya ga enak banget, "Yok opo, wes gak jomblo ta saiki?" (Baca: Gimana, sudah nggak jomblo kah sekarang?)
Awalnya denger yang begituan ya buat lucu-lucuan aja. Lama-kelamaan kezel juga sih. Bukan cuma itu dan sebenernya lubuk pikiran saya yang paling dalam pun ikut memikirkannya. (Kacau banget pemilihan katanya..haha).

     Ada yang tanya, "Kamu cari yang kaya gimana, makanya JANGAN PILIH-PILIH! (Iya pake huruf BESAR dan Tanda Seru pemirsa). Menanggapi pertanyaan dan pernyataan ini komentar saya, ya kali cari pacar sembarangan. Asal si cowok mau sama saya ya udah daripada ga laku (jomblo) oke oke aja lah, padahal sifat si cowok ini ga baik dan dia bisa menjerumuskan kita ke hal-hal yang tidak diinginkan (halah oposeh๐Ÿ˜‚). Saya sebenernya bukan pilih-pilih juga, bukan dia yang harus punya paras tamvan dan sikap romantis kayak oppa oppa yang ada di drama korea, bukan juga dia yang dompetnya tebel setebel pajak kendaraan mobilnya, bukan yang seperti itu. Jadi selama ini yang saya anggap pilih-pilih itu yang seperti itu, harus yang ganteng atau tajir (entah kenapa saya ambil kesimpulan yang seperti itu). Tapi tetap saja lepas dari semua itu, saya tetaplah harus memilih sebelum mengambil. Lantas memilih yang seperti apa? Ga perlu ganteng cukup pria tulen, sehat jasmani dan rohani, tidak juga harus romantis karena menurut saya hal-hal sekecil apa pun (sebenarnya) bisa jadi romantis kalau memang ada cinta yang bertindak sebagai penggeraknya. Karena seseorang pernah berkata, "Kalau Tuhan memang mengijinkan cinta hadir diantara kita, maka semua hal tentang dirimu pastilah menarik". Tajir is not a must, I think! Buat apa kalau ternyata mobilnya kece tapi dibeliin pake duit hasil keringat ketek papi dan maminya. Naik motor hasil nyicil dari duit keringat sendiri itu jauh lebih keren sih menurut saya. Kalau pembicaraan pacaran mengarah ke pernikahan, ya memang tidak ada orang yang mau hidup berkekurangan saya kira. Bukan berarti cari suami yang kaya raya, tapi dia yang tetap mau berusaha dan bekerja keras bagaimana pun keadaannya sesulit apapun situasinya demi menghidupi keluarganya, ITU! Apakah saya pilih-pilih? Mungkin beberapa dari kalian yang membaca ini ada yang manggut-manggut sambil ngomong "pilih-pilih banget, dasar jomblo lu! Makanya jomblo!" Saya tidak tahu dan kalau pun benar saya hargai pendapat-mu๐Ÿ˜‰

     Ada juga yang bilang, "Jangan terlalu diem, kadang ada cowok yang gimana gitu kalau ceweknya terlalu diem.", okee saya memang PENDIAM kalau belum kenal, GILA kalau udah kenal lama. Sifat pendiam itu agak susah saya hilangkan, semakin keras saya mencoba menghilangkan sifat pendiam itu saya seperti kehilangan diri saya sendiri. Gak bisa dijelaskan dengan kata-kata, tapi efek saya mencoba untuk ga jadi orang pendiam itu bisa seperti menguras energi saya 100kali lipat, seriously. Saya tahu sifat pendiam saya ini ga baik kalau dilanjut-lanjutkan tapi mau gimana lagi. Anggap aja pria-pria yang tidak tahan dengan kebisuan saya ini memang belum berjodoh. Mereka yang memilih menjauh sebelum mengenal saya lebih dekat belum berjodoh untuk bisa menemui kegilaan dan mendengar betapa kerasnya sebenarnya suara saya ini (apalagi kalau lagi cerita dengan menggebu-gebu). ๐Ÿ˜
Saya percaya, suatu hari nanti akan ada pria yang tetap mengajak saya berbicara walaupun saya diam seribu bahasa karena sifat saya yang pendiam ini bahkan akhirnya membuat saya nyaman ketika saya harus berbagi cerita tentang hari terburuk saya maupun saat saya merasa sangat bahagia (terharu dikit nulis kalimat ini๐Ÿ˜ญ๐Ÿ˜‚).

     Orang tua dan nenek pun bahkan sering menasihati, "Jangan galak-galak, nanti cowok pada kabur", ya kali kalau ada cowok ngomong baik-baik langsung saya bentak, ya ga mungkin dong ya. Kecuali si cowok penjahat kelamin, mungkin bakal aku galakin se-galak-galaknya anjing galak๐Ÿ˜‚.

     Pernah kepikiran juga, mungkin kalau waktu jaman sekolah saya tidak terlalu memikirkan punya pacar karena saya tidak ingin melalaikan tugas dan tanggung jawab saya sebagai seorang anak untuk belajar dan membangun masa depan yang bukan hanya saya saja tetapi yang tua dan keluarga saya harapkan. Kondisi sekarang kan beda, sudah nggak sekolah dan setidaknya sudah mulai sedikit mentas (keluar) dari orang tua secara finansial karena sudah bekerja. Lantas kenapa masih jomblo, kenapa tidak mencari pacar? Ya karena balik lagi sebenarnya ke alasan-alasan saya yang sudah saya kemukakan di awal tadi. Dan semakin berumur (baca : makin tua) saya berpikir pacaran bukan hanya untuk sekedar haha-hihi, hari senin makan disini, hari selasa makan disana, hari rabu ngafe cantik, hari kamis ngapel kerumah, hari jumat ngopi cantik, hari sabtu nonton dan hari minggu ngemall. Pacaran di umur yang sudah gak lagi muda tidak sebercanda itu. Mungkin benar semakin tua saya semakin pemilih. Agak terlalu idealis mungkin, tapi ya gimana... itulah pikiran saya. Karena pacaran sebenarnya miniatur dari sebuah pernikahan, kalau pernikahan kata orang menyatukan bukan hanya dua orang dan dua hati tetapi juga keluarga maka pacaran juga sebenarnya hampir sama seperti itu. Banyak sekali hal-hal setelah membicarakan soal dirimu dan dirinya. Ingat masih ada keluarga-mu dan keluarga-nya karena kamu dan dirinya bukan dengan sendirinya besar dan jadi seperti sekarang ini tanpa siapa-pun, ada orang tua nya dan orang tua-mu. Ya, memikirkan soal pacaran saya sudah berpikiran sejauh dan serumit itu๐Ÿ˜‚ (pantes jomblo ya๐Ÿ˜‚).

     Semoga ada laki-laki di luar sana yang setuju dan sepemikiran dengan saya, yang sekarang sedang Tuhan persiapkan, sebagaimana Dia juga mempersiapkan saya dalam masa jomblo saya ini. Dan suatu hari nanti, saat waktunya sudah tepat, saat Tuhan sudah berkata, "Anak-anakku, inilah saatnya kalian untuk berjumpa dan saling mengenal satu sama lain", saya percaya dia jodoh saya akan hadir di hidup saya. Saling isi kekurangan satu sama lain, saling support satu sama lain dan selalu berusaha jadi sepasang Anak Tuhan yang manis๐Ÿ˜๐Ÿ˜๐Ÿ˜‡


* Nggak setuju boleh, menghakimi jangan. Mungkin pikiran saya tidak sepenuhnya benar, mungkin salah, karena dalam hidup saya ini saya masih dan akan selalu belajar. ๐Ÿ˜๐Ÿ˜‡



Komentar

Postingan Populer